Selasa, 23 Februari 2010

Tabunganku, menabung tanpa biaya administrasi bulanan.

BI Targetkan Rp 50 Triliun dari Program TabunganKu
Monday, February 15th, 2010
oleh : Eva Martha Rahayu
Diambil dari :SWA online

Bersama dengan 70 bank umum dan Bank Pembangunan Daerah (konvensional dan syariah), serta 910 Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Indonesia (BI) meluncurkan program TabunganKu. TabunganKu merupakan produk tabungan murah tanpa biaya administrasi, tapi bunganya cuma 0,75%. Tidak disertakannya fasilitas ATM, akan membantu dihilangkannya biaya administrasi. Setoran awal pembukaan rekening TabunganKu di bank umum minimum Rp 20 ribu dan Rp 10 ribu di Bank Perkreditan Rakyat/Syariah.

Karena banyak masyarakat yang bertanya-tanya mengapa tabungannya di bank malah tergerus, inilah jawabannya,” ujar Pjs Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution tentang salah satu alasan diluncurkannya program TabunganKu untuk kalangan perbankan. Diakuinya, selama ini untuk tabungan yang saldonya di bawah Rp 2 juta, rata-rata nominalnya malah turun akibat tergerus untuk biaya administrasi bank.

Alasan lain di balik program TabunganKu adalah potensi pasarnya besar. Berdasarkan Survei Penduduk antar Sensus (SUPAS) BPS tahun 2005, sebanyak 58% dari jumlah total orang dewasa usia produksi, belum berinteraksi dengan bank (tidak menabung di bank). Umumnya, golongan ini memiliki uang, tapi masih disimpan secara tradisional karena beragam masalah akibat peraturan perbankan. Kondisi itu dimanfaatkan pihak BI untuk menggiatkan program menabung serta menghimpun dana masyarakat kecil.

Nah, 58% dari usia produktif itu, diperkirakan Darmin, jumlahnya mencapai 40-50 ribu orang. Andaikan satu orang menabung Rp 1 juta, maka potensi dana yang bakal terkumpul bisa mencapai Ro 40-50 triliun.

Prosedur menabung dalam program Tabunganku cukup mudah. Yaitu membayar uang adminitrasi Rp 20 ribu dan melampirkan kartu tanda penduduk (KTP), sehingga setiap orang sudah bisa memiliki buku tabungan. Hal itu tidak hanya berlaku orang dewasa, tapi anak-anak juga bisa.



Lewat TabunganKu, Dana Masyarakat di Bank Bisa Tambah Rp 40 Triliun
Ramdhania El Hida - detikFinance

Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) optimistis program TabunganKu dapat menambah jumlah uang masyarakat di bank sebesar Rp 40 triliun.

"Dari 135 juta penduduk yang belum punya tabungan 80 juta orang. Andai kata saparuhnya menabung yaitu 40 juta dengan Rp 10 ribu saja maka akan menambah tabungan dalam negeri sebanyak Rp 40 triliun," ujarnya saat mencanangkan gerakan Indonesia Menabung dan Peluncuran TabunganKu di Kemayoran, Jakarta, Sabtu (20/2/2010).

Presiden mengatakan, semakin meningkatnya jumlah tabungan masyarakat di perbankan juga akan membawa dampak positif bagi negara. Meningkatnya jumlah tabungan, secara tidak langsung dapat mengurangi utang luar negeri.

"Banyaknya tabungan juga akan meningkatkan investasi dengan begitu semakin banyak tersedia sumber-sumber pembiayaan. Hal itu secara bertahap bisa mengurangi utang luar negeri," ucapnya.

TabunganKu merupakan produk hasil kerjasama antara Bank Indonesia (BI) dengan industri perbankan nasional. Pada kesempatan ini, Presiden memberikan penghargaan kepada BI dan perbankan Indonesia yang telah ikhlas mencanangkan program TabunganKu. Menurut Presiden, program TabungaKu merupakan tonggak baru dalam dunia bank dalam tabungan rakyat yang berkaitan dengaan upaya kesejahteraan kita.

"Pemerintah terus mengembangkan program pro rakyat. Pemerintah terus membantu membantu masyarakat yang masih miskin. Pada bidang pendidikan, Kesehatan dengan jaminan kesehatan masyarakat dan bantuan yang lain, ada juga beras bersubsidi," katanya.

Menurut Presiden, gerakan Indonesia menabung dan TabunganKu juga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pasalnya konsep dalam produk ini adalah pembangunan yang adil bagi masyarakat.

"Dasar pada program ini adalah adil dan berpihak pada rakyat yang belum sejahtera. Keadilan sosial dan kesejahteraan tidak hanya cukup lewat retorika tapi juga melihat kembali apa saja kebiijakan pemerintah bagi masyarakat," harap Presiden.
(nia/dnl)


Berita baik:

Bagi masyarakat berpenghasilan cukup sudah bisa menabung di bank tanpa khawatir habis digerogoti kutu biaya administrasi bank.


kembali ke halaman awal

Selasa, 02 Februari 2010

Kampung Boneka Sukajadi Kian Bernilai Ekonomi

Rabu, 03/02/2010 10:36 WIB
Kampung Boneka Sukajadi Kian Bernilai Ekonomi
Ema Nur Arifah - detikBandung

Bandung - Juli 2009 lalu, wilayah ini diresmikan oleh Wali Kota Bandung Dada Rosada sebagai satu dari enam sentra industri di Kota Bandung. Kampung Boneka Kain Sukajadi, berada di Jalan Sukamulya Indah Kelurahan Sukagalih Kecamatan Sukajadi.

Dimulai pada tahun 1986. Saat itu seperti dituturkan seorang pengusaha boneka dari CV Motekar Yanto Rukmana(25), ada dua orang warga yaitu Darmawan dan Dede yang merintis usaha pembuatan boneka.

"Saat itu mereka berjualan boneka di kaki lima," ujar Yanto saat ditemui di kantornya Jalan Sukamulya Indah No 18. Lama kelamaan dua perajin boneka ini kebanjiran pesanan hingga kewalahan menerima order yang masuk.

Melihat peluang tersebut, warga sekitar kemudian mengekori jejak keduanya. Maka pelan-pelan kawasan ini dikenal sebagai sentra pembuatan boneka.

Persaingan usaha pun kian ketat bahkan sering terjadi banting harga yang membuat atmosfer usaha di kawasan tersebut menjadi tidak sehat.

Saat itu menurut Yanto ada sekitar 100 perajin dengan tenaga kerja di angka 3 ribuan. Sembilan puluh persen perajin masih menggunakan sistem handmade.

Tahun 1997 adalah masa kejayaan para perajin. Ketika usaha lain kena imbas krisis moneter, mereka malah kedatangan klien yang lebih besar untuk dimasukan ke mal.

Dari situ, ujar Yanto, terjadi pergeseran segmentasi pasar. Dari sebelumnya di kelas bawah kini produksi dibuat untuk kelas menengah atas.

Dari sisi model, kerapihan dan bahan baku berkembang. Tentunya karena market bergeser meningkatkan juga prosentase laba para perajin.

"Saat itu keuntungan bisa sampai 100 persen," tutur Ketua Koperasi Perajin Boneka Sukajadi ini.

Namun seiring krisis moneter terjadi, para perajin juga mulai kehilangan bahan baku. Pabrik-pabrik yang biasa menyediakan kain limbah untuk pembuatan boneka pelan-pelan mengalami kebangkrutan. Harga bahan baku pun melambung sehingga untuk para perajin dengan modal minim terpaksa harus gulung tikar.

Tahun 2002 jumlah perajin menyusut drastis. Dari 100 perajin hingga kini hanya berjumlah 17 unit usaha. Meski begitu, kawasan ini tetap mendapat perhatian dari pemerintah Kota Bandung bahkan dijadikan sebagai salah satu sentra usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung.(ema/tya)

Berita baik:
Kampung Sukajadi memiliki tenaga kerja pembuatan boneka.

Kesimpulan:
Dengan sedikit kreatifitas yang kita miliki masih ada kesempatan membuat boneka dari bahan baku lain yang melimpah.

Info tambahan:
Tautan tentang boneka:
Kembali ke awal